Di sebuah planet bersalju yang dingin dan beku. Sebuah entitas yang baru diciptakan itu pun membuka mata. Menyadari kelahirannya di dunia yang baru ini.
"Selamat lahir para penjaga planet bersalju."
Sambutan itu datang entah darimana. Karena mau dilihat sambil berputar pun, hanya ada tumpukan salju dan banyaknya entitas lain yang sama persis.
"Kalian adalah Priet, dewa planet ini."
Begitulah sebutannya. Hingga ia tahu bahwa sebutan itu bukanlah nama.
Puluhan hingga ratusan entitas berwujud sama, berdiri menginjak salju yang sama. Dengan raga fisik seperti manusia dan kepala menyerupai serigala. Tubuh mereka sebagian besar adalah es.
Mereka adalah Priet, dewa planet bersalju. Tugas mereka adalah melindungi planet bersalju, snowiest dan roh pemberi kekuatan di planet itu.
Karena mereka diciptakan hanya untuk itu.
•❅──────✧❅✦❅✧──────❅•
Berpuluh-puluh tahun lamanya telah terlewati. Para Priet menghabiskan waktu mereka sepanjang tahun dengan berjalan di permukaan planet. Atau membuat tempat peristirahatan berbentuk kubah kecil dari es dan salju.
Menjaga planet bersalju tidaklah sulit. Karena yang berjaga ada ratusan Priet. Disertai mereka memiliki kekuatan untuk membekukan apa saja. Para alien yang datang dengan niat jahat, pasti mereka bekukan dan buang jauh-jauh dari planet itu.
Namun hari ini, kejadian berbeda telah terjadi.
"Halo! Perkenalkan, namaku Cindy. Aku adalah seorang jurnalis galaxy!"
Gadis itu datang. Gadis dengan gaya aneh dan bekas luka di wajahnya itu. Dengan penuh semangat mengajak para Priet berkenalan sembari memperkenalkan tentang dirinya yang merupakan jurnalis galaxy.
Cindy merupakan penulis non fiksi. Ia tertarik untuk menjelajah di seluruh penjuru galaxy untuk menemukan cerita yang unik. Karena cita-citanya adalah mengenalkan semua planet yang ada agar seluruh galaxy saling mengenal.
Cindy diterima secara terbuka karena tidak terlihat memiliki niat buruk. Para Priet memberikannya rumah es untuk tempatnya bermalam dan menjelajah. Terkadang, Cindy juga mewawancarai para Priet untuk jurnalnya.
Terkadang Cindy juga membantu para Priet untuk belajar membaca dan menulis. Bahkan memberi tips agar mereka bisa mengubah wujud mereka menjadi manusia seutuhnya.
Hingga akhirnya Cindy mempublikasikan jurnalnya. Dan malapetaka itu pun terjadi.
"Ada musuh!"
Para penjahat memanfaatkan buku Cindy untuk mengetahui segala isi tentang planet bersalju agar bisa menyerang planet tersebut dan mencuri robot berkekuatan yang ada di sana. Alhasil, ada puluhan kapal angkasa yang menembaki para Priet dari jauh.
Karena para Priet hanya mengandalkan kekuatan es nya. Kekuatan mereka tidak bisa menahan benda berat yang baru mereka lihat seperti saat ini.
Puluhan Priet tewas dan pecah ketika pertarungan terjadi.
"Cindy, kamu harus sembunyi." Salah seorang Priet menarik tangan Cindy untuk menyuruh gadis itu bersembunyi. Namun, gadis itu menolak sambil berderai air mata.
"Ini salah saya. Karena jurnal yang saya buat." Cindy menggenggam syal abu-abu nya dengan erat. "Saya ceroboh."
Waktu semakin berlalu. Para Priet juga semakin berkurang jumlahnya. Butuh ratusan tahun lagi hingga robot kekuatan akan memproduksi para Priet. Sayangnya sebelum waktu itu tiba, planet bersalju akan hancur sepenuhnya.
"Kamu harus tetap hidup, Priet."
Cindy mengalungkan syal itu ke leher Priet. Lalu mendorongnya pergi.
"Tenang saja, saya punya rencana."
•❅──────✧❅✦❅✧──────❅•
Priet tidak tahu kalau dibohongi akan sesakit ini. Selama ratusan tahun, Priet hanya hidup monoton. Namun ketika sesuatu yang berwarna itu tiba, muncul kegelapan dengan cepat menelan semuanya.
Cindy bilang punya rencana. Meski rasanya tak nyaman, Priet tetap membiarkan Cindy pergi.
Siapa sangka bahwa gadis itu malah mengorbankan dirinya untuk pergi ke lembah beku sambil menuntun para penjahat. Cindy menipunya, lalu mati bersama para penjahat itu di lembah beku.
Meski Priet sudah berlari secepat mungkin. Semuanya sudah terlambat. Cindy dan semua pasukan jahat itu telah membeku dan pecah. Sesuai namanya, lembah beku adalah sebuah lembah yang membuat siapapun akan membeku lalu pecah berkeping-keping dalam beberapa menit.
Saat ini, hanya satu Priet yang tersisa. Dan dia, kehilangan akal sehatnya.
•❅──────✧❅✦❅✧──────❅•
Puluhan tahun kembali berlalu. Kali ini, dilewati dengan kesunyian.
Setiap ada yang datang ke planet bersalju. Priet akan menyerang mereka dan membekukan segalanya seperti orang gila. Mau itu kawan atau lawan, Priet sudah tidak peduli.
Baginya yang tersisa saat ini hanya planetnya, snowiest, roh kekuatan dan syalnya.
Priet selalu memakai syal itu. Karena hanya satu benda itu yang dia miliki. Dan menjaganya tetap hidup.
Selagi melamun sembari duduk di dalam rumah kubahnya. Ia mendapati semua Snowiest melompat-lompat dan pergi ke suatu tempat.
Priet segera mengikuti mereka. Lalu menemukan banyak Snowiest yang menumpuk di atas sesuatu. Priet tanpa banyak pikir, langsung mengangkat apa yang tengah dikerubungi para Snowiest itu.
"Oh."
Rupanya seorang manusia tengah tidak sadarkan diri di antara tumpukan salju. Seorang perempuan, memakai baju lengkap dari atas rambut sampai ujung kaki.
Priet membawanya ke rumah kubah. Melihat tubuh perempuan itu semakin dingin, dia pun membuat api di tengah kubah, seperti waktu Cindy dulu. Lalu memberikan syal yang ia pakai ke perempuan itu agar tidak kedinginan.
Perempuan itu membuka matanya. Melihat situasi yang ternyata cukup aman. Matanya bersitatap dengan Priet yang duduk di sebelahnya. Melihat sosok berkepala serigala, tentu ia kaget dan menggeser duduknya menjauh. Sementara Priet justru menyodorkannya segelas air hangat.
Aneh, Priet merasa de javu. Tidakkah hawa keberadaan gadis di hadapannya ini persis mirip dengan seseorang.
Gadis itu mengambil minuman dari tangan Priet, namun tidak meminumnya. Hanya ia pegang diantara dua telapak tangannya.
“Kau serigala penjaga yang ganas itu?” tanyanya dengan ekspresi bertanya-tanya. Sementara Priet hanya mengangguk singkat. Tidak berbicara sama sekali, lupa bagaimana caranya berbahasa.
“Aku Ruru, datang untuk menemuimu dan roh kekuatan.” Saat gadis itu berbicara dengan roh kekuatan, Priet langsung mencakar wajah gadis itu dengan cakarnya. Gadis itu—Ruru--beruntung siap, ia langsung melompat ke belakang.
Sebelum Priet lagi-lagi menyerang, Ruru melemparkan cat dan memunculkan besi dari cat-cat tadi. Priet terperangkap dalam kurungan besi, meraung-raung marah.
“Aku dari DianXy, agen penyelamat galaksi. Aku datang kemari bukan untuk merebut roh kekuatan, tapi mengecek apakah planet ini hidup dengan baik.” Ruru berdiri, melepas syal abu-abu yang masih melekat pada bahunya. “Ternyata situasi disini memang sedang dalam kemalangan.”
Ruru mengembalikan syal tersebut ke Priet. Priet diam. Melihat situasi sudah membaik, besi-besi itu menghilang dan membebaskan Priet. Priet diam, memperhatikan syal yang kembali ke tangannya itu.
“Bekerja samalah denganku, DianXy butuh lebih banyak orang untuk menyelamatkan galaksi. Dan kau juga jadi punya tujuan daripada hanya disini dan menyesali masa lalu.” Ruru menyodorkan tangannya, meminta jabat tangan sebagai persetujuan sekutu.
Priet terlihat ragu awalnya, namun melihat keseriusan melalui mata Ruru. Priet meraih tangan kecil itu dan menggenggamnya.
Priet mengubah wujud kepalanya menjadi manusia. Kini sosoknya terlihat seperti manusia. Dengan rambut berwarna putih berantakan, dan mata cyannya yang berkilau bak langit. “Bagaimana kalau kau berkhianat?”
“Bunuh saja aku dengan cakarmu.”
•❅──────✧❅✦❅✧──────❅•
Sudah beberapa bulan berlalu, sebutan ‘serigala ganas yang dingin’ itu sudah menghilang. Priet bergabung bersama DianXy dengan syarat bahwa Priet tidak akan meninggalkan planetnya hingga roh kekuatan memunculkan pasukan Priet lagi.
Ruru kadangkala datang berkunjung untuk memberikan misi padanya. Biasanya, misi Priet tidak jauh dari mengetes calon anggota DianXy atau melatih pasukan prajurit DianXy. Sejauh ini, tidak ada kesulitan yang dialami oleh Priet hingga alien serigala itu kini mempercayai Ruru seutuhnya.
Meski Priet tahu dengan jelas bahwa Ruru menyembunyikan banyak hal. Bahkan tepat hari itu, ketika Ruru dan para anggota DianXy pulang dari misi di Planet Ferless. Tatapan mata gadis itu tidak bercahaya lagi.
Priet tidak bertanya.
Dan itulah penyesalannya untuk yang kedua kali.
Ketika Priet meraih tangan gadis itu untuk berbicara sesuatu. Bahkan Ruru kini tak lagi menoleh kepadanya. Seolah menyembunyikan sesuatu yang besar seorang diri.
Bukan, ini bukan karena Priet takut Ruru akan mengkhianatinya.
Ia tahu persis ketika Ruru mengatakan hal tersebut setelah sore sebelum Priet pulang ke planetnya.
“Ini semua salahku.”
Kata-kata yang dulu pernah Priet dengar.
Hingga akhirnya, suara dari pesan rekaman itu adalah terakhir kalinya Priet mendengar suara Ruru.
“Tenang saja, saya punya rencana.”
Dan esoknya. Ia bisa melihat nama gadis itu termasuk dalam daftar buronan di DianXy.
•❅──────✧❅✦❅✧──────❅•
Cindy. Ruru. Dua nama yang paling dia ingat ketika hidup selama ratusan tahun terlahir ke dunia. Dua nama yang mengajarkannya banyak hal, bahkan rasa kehilangan. Hingga akhirnya ia bisa paham bahwa umur makhluk hidup memang sependek itu.
Ratusan Priet penjaga sudah muncul kembali di planet bersalju. Sudah bukan masa Priet lagi untuk berjaga di planet ini, namun, dirinya tidak memiliki tujuan hidup.
Syal adalah satu-satu hal yang ia punya. Namun saat ini, sudah ia ikhlaskan syal itu di kuburan seseorang bernisan biru. Dan kini, dirinya sedang berziarah ke planet yang sudah mati dan hancur lebur.
Siapa sangka bahwa tiba-tiba saja planet itu berubah menjadi hijau dalam sekejap mata. Priet terperanjat, segera berlari tergesa-gesa menuju makam. Saat merasakan bahwa seseorang telah menyentuh syal, batin Priet bergejolak.
“Siapa?”
Ia berhenti di sana. Melihat dua sosok asing yang berdiri di depan makam. Salah satunya memegang sebuah syal yang adalah milik Priet.
Rambut hitam legam. Mata kelam bak langit malam. Kulit pucat. Dan sosok itu tersenyum sembari memegang sehelai syal dalam telapak tangannya yang pucat. “Halo, apa kamu bagian dari penyelamat galaksi?”
Gadis berambut merah langsung berdiri di depan pemuda itu. Sudah siap dengan kuda-kudanya dan tangan yang memegang pedang di pinggangnya.
“Siapa kalian? Apa yang kau perbuat dengan planet ini?”
Pemuda itu menenangkan gadis berambut merah. Lalu mencoba untuk berkomunikasi dengan Priet. “Saya Rhino, orang yang akan membangkitkan kembali DianXy.”
“Soal planet ini, maaf. Saya hanya mencoba memberinya kehidupan.”
Priet mengeluarkan cakarnya. Merasakan bahwa ucapan pria itu, tidak ada satu pun emosi di baliknya.
“Katakan yang benar.”
Mendengar hal itu, Rhino agak sedikit mengendurkan senyumnya.
“Saya Rhino, pemimpin yang telah ditakdirkan untuk DianXy. Apakah kamu bersedia untuk kembali ke DianXy, Priet?”
Ucapan yang tegas. Keyakinan yang tidak bergejolak. Tidak ada kebohongan dalam binar matanya. Sekali lagi, Priet teringat akan dua sosok di masa lalu.
“Bagaimana kalau kau malah melakukan hal buruk dengan nama DianXy?” Priet bertanya dengan sungguh-sungguh.
Jeda beberapa detik. Rhino kembali mengembangkan senyumnya.
“Kalau itu terjadi, bunuh aku dengan cakarmu.”
Hembusan angin perlahan menerbangkan helai rambut ketiga orang itu. Priet mendengkus, menyungging senyum tipis. Senyum yang tidak pernah dia buat.
“Kalau begitu, persyaratanku hanya satu.” Rhino menunggu jawaban. Sementara Priet tertawa sejenak. “Jangan mati kecuali aku yang membunuhmu.”
•❅──────✧❅✦❅✧──────❅•
END