Eizra

Eizra

Eizra di DianXy adalah seorang Montir yang bertugas untuk memperbaiki kapal angkasa dan semacamnya. Dengan bakat memperbaiki barang yang sedari dulu selalu diasahnya, Eizra berjanji akan berkhidmat kepada DianXy dengan sungguh-sungguh, demi mencapai impiannya, yaitu menjadikan kehidupannya kali ini menjadi kehidupan yang lebih baik.

Biodata
Pemilik NPC : Saaochi
“Kau yakin, Eizra? Tidak mau jadi prajurit di sini saja?”

Pertanyaan yang mengudara itu sejenak dibiarkan tanpa jawaban oleh si pemuda berambut merah. Dia fokus memilih peralatan yang ada di dalam kotak untuk memindahkannya ke dalam tas.

“Oi!”

Eizra menoleh patah-patah ke arah temannya, dia ukirkan senyum canggung di wajahnya.

“Yah, seperti yang kau tahu, aku tidak bisa. Aku akan pergi ke tempat lain dan memulai hidup baru saja.”

Temannya itu diam beberapa saat, sebelum menghela napas pelan. “Baiklah. Semoga sukses di kehidupan barumu itu.” Ia menepuk pundak Eizra dua kali, seolah menyalurkan semangat.
Eizra berdiri dari posisi jongkoknya, dia mengangkat pedang besarnya dan mengaitkannya pada pengait yang terpasang di belakang punggung. “Tentu saja.”

Eizra tarik satu sudut bibirnya. Lantas menngangkat tas besar dan meletakkan di satu lengan. Ia mulai berjalan, meninggalkan tempat di mana temannya berdiri untuk mengantar kepergiannya.

“Semoga monster gak kenapa-kenapa kalau ketemu kamu, ya!”

Eizra berbalik, dia melambai, tertawa kecil pada salam perpisahan konyol itu. “Tenang saja! Hanya lehernya saja yang kupotong!”

Lantas perpisahan itu berakhir setelah Eizra berbelok ke arah lain dan menghilang dari pandangan temannya.

“Baiklah! Ayo move on!”

=••=

Eizra terlonjak kaget tepat ketika suara ledakan menyapa indra pendengarannya secara tiba-tiba. Lantas, dengan mengandalkan insting sebagai seorang mantan prajurit, segera saja kedua kakinya berlari menuju arah suara tanpa pikir panjang. Dalam kepalanya ia sudah memikirkan skenario terburuk, seperti adanya serangan para bandit, atau monster yang muncul secara acak.

Langkah kaki Eizra perlahan terhenti, napasnya berat sehabis berlari. Matanya menatap tajam pada apa yang ada di depannya.

“Ukh.”

Seorang gadis keluar dari sesuatu berbentuk bundar besar yang mengeluarkan asap. Eizra lekas berlari kembali, untuk menolongnya keluar dari sana. Namun, dengan kecepatan tak masuk akal, tangannya ditepis kasar dan dia ditatap dengan pandangan aneh oleh si gadis.

“Jangan pegang-pegang,” ujarnya ketus, lantas beranjak ke samping sembari mengusap bajunya kasar.

Eizra segera menggeleng, menghilangkan rasa kagetnya dibentak tiba-tiba.

“Nona baik-baik saja?”

Si gadis yang sibuk memperbaiki rambut berwarna biru toskanya itu, hanya mengangguk kecil. “Ha’ah. Santai aja. Udah biasa. Ini Cuma kurang belajar aja.”

Benda di belakang mereka tiba-tiba saja mengeluarkan suara kencang lagi. Keduanya tersentak kaget.

“Tidak ...! Kapal angkasanya! Bagaimana aku pulang, huhu.”

Gadis itu memeluk kapal angkasanya dengan dramatis. Padahal air matanya tidak ada keluar, meski suaranya kedengaran seperti menangis. Eizra bingung sendiri di situasi ini dia harus apa. Eizra menggaruk-garuk tengkuknya canggung.

“Em, mau saya bantu perbaiki, Nona?”

Gadis itu memalingkan wajahnya dengan cepat. Dari bagaimana dia menatapnya lagi setelah pura-pura menangis, Eizra curiga gadis ini dari tadi memang mengkodenya untuk membantu.
“Iya, tolong ya. Aku mau cari sesuatu dulu di sekitar sini.”

Setelah itu, dia dengan segera meninggalkan Eizra dengan kapal angkasa yang rusak. Eizra menatapnya nanar, bolak-balik antara kapal angkasa itu dengan si gadis tadi. Lantas, helaan napas keluar dari mulutnya.

Eizra akhirnya mulai menatap kapal angkasa itu dengan seksama. Wajahnya serius sampai pelipisnya mengerut, matanya memicing. Lantas saja tubuhnya dia turunkan, berjongkok. Dia meraba-raba bagiannya dan akhirnya berhasil menemukan tempat di mana mesin-mesin yang membuat kapal angkasa ini bisa terbang.

“Astaga, parah banget.”

Eizra menarik napas pelan. Membuka resleting tasnya dan memilah benda-benda yang akan dipakainya untuk memperbaiki kapal angkasa ini. Dia kelewat fokus sampai tak menydari gadis tadi sudah kembali sedari tadi memperhatikan dari belakangnya.

“Udah?”

Eizra tersentak kaget kesekian kalinya. Dia berbalik. Hanya untuk menemukan gadis berambut biru toska itu sudah menentang makanan dan minuman di kedua tangan.

“Coba dulu sana.”

“Oke!”

Dia menyodorkan makanan dan minuman miliknya pada Eizra lantas berlari kecil kemudi kapal angkasa. Berusaha menyalakannya.

“Oh, berhasil! Terima kasih, ya!”

Gadis tadi berlari kecil lagi menuju Eizra. “Buat kamu aja, sebagai bayaran.”

“Y-ya? Terima kasih, Nona.” Eizra tersenyum canggung lagi.

“Oh, namaku Saaochi. Tidak usah panggil-panggil Nona lagi. Aku bukan bangsawan.”

Eizra mengangguk pelan. Sudah maklum dengan kerap kali ada saja yang tak nyaman dengan panggilannya.

“Nama saya Eizra.”

“Oke, Eizra!” Saaochi menepuk kedua telapak tangannya. “Apa kau memang ahli dalam hal ini?”

Eizra mengerutkan keningnya. Heran tiba-tiba ditanyai. “Apa? Yah, lumayan. Aku sering memperbaiki kendaraan-kendaraan semacam ini.”

“Kalau begitu, mau jadi montir, gak? Tenang aja! Digaji kok!”

Eizra mengendurkan kewaspadaannya. Dia menatap Saaochi tertarik, senyumnya tidak bisa ditahan. Wah, benar-benar keberuntungan, baru saja ingin memulai hidup baru, sudah dapat pekerjaan. “Montir seperti apa dulu? Terus dimana?”

Saaochi seperti enggan menjawab pertanyaan yang itu. “Udah ikut aja dulu! Nanti diseleksi kok. Gak bakal rugi juga, ‘kan?”

Hm, iya juga. Pikir Eizra, lantas tanpa pikir panjang lagi, ia menjawab tawaran tersebut. “Baiklah, setuju!”

Baru saja Saaochi hendak menjawab, dia dikejutkan dengan angin yang berhembus kencang tiba-tiba. Muka Eizra pucat pasi. Apalagi Saaochi ketika menyadari kalau kapal angkasanya bergerak sendiri dengan seorang anak kecil di dalamnya.

“Tidaaaakkk!”

=••=

Eizra