Planet Zi’raei
Planet yang memiliki lahan pertanian yang luas serta mampu menghasilkan produk pertanian dalam jumlah yang besar. Tanah pada planet tersebut dikatakan cukup subur sehingga menghasilkan rempah – rempah yang banyak. Banyak dari penghasilan dari Planet tersebut dijual ke planet lain. Bahkan produk peternakan sekalipun.
Selain dari hasil produk, warga yang tinggal pada planet Zi’raei bisa dibilang ramah baik terhadap satu planet maupun planet lain. Karena akan keramahannya, beberapa planet lain membalas budi kebaikan warga Zi’raei. Hanya saja terkadang planet Zi’raei didatangi oleh orang asing atau alien asing yang menginginkan produk mereka secara memaksa.
Namun hal itu dihentikan oleh seorang gadis dewasa yang memiliki surai rambut merah dan kelopak mata ungu. Gadis itu bernama Maula Syndulla. Maula berbeda dari warga yang ada di planet Zi’raei. Dia satu – satunya yang memiliki kekuatan api, ditambah dengan dual pedang serta rantai yang terpasang pada setiap ujung dual pedang.
Dengan kekuatan serta kemampuan bertarung dual pedangnya itu, dia melindungi setiap warga yang dalam bahaya maupun dalam kesulitan.
Gadis muda ini tidak disebut sebagai seorang pahlawan pada planetnya. Melainkan hanya warga biasa namun memiliki kekuatan pada dirinya, dan memiliki tugas untuk melindungi warga disana. Tidak hanya itu, Maula sangat menyukai berternak maupun berkebun.
Dia memiliki hati yang hangat, ramah serta murah senyum. Akan tetapi beda lagi jika kesabarannya melewati batas. Dia tidak akan segan untuk mengikat orang yang membuatnya kesal menggunakan rantainya. Tetapi tetap saja, dia memiliki hati yang baik dan bertanggung jawab akan tugasnya.
Selain itu, terdapat sebuah rumor hologram yang berasal dari salah satu anggota pasukan penyelamat galaksi yang disebut DianXy. Pasukan yang terbilang cukup terkenal dikalangan galaksi, hanya saja menghilang akibat perang yang membuat markas DianXy.
Rumor hologram itu tidak hanya pada salah satu planet namun secara keseluruhan. Bahkan Maula sendiri tahu mengenai hologram tersebut. Di salah satu waktu tertentu dia pernah melihatnya namun tidak setiap hari.
Maula berpikir ada pesan tertentu pada hologram tersebut tetapi dia mempunyai petunjuk sama sekali. Dia bahkan berpikir apa jadinya jika tidak adanya pasukan DianXy yang melindungi galaksi? Bisa saja ada musuh yang lebih kuat diluar sana. Bahkan beberapa alien lain pun pernah datang kemari untuk mengambil semua produk dari planetnya.
Saat ini, Maula sedang berjalan – jalan di bukit dengan pepohonan yang tumbuh disana cukup banyak namun sinar mentari masih bisa menembus celah pepohonan tersebut. Kepalanya pun dia tutupi menggunakan selendang yang selalu dia pakai kemanapun ia pergi, serta sebuah bros yang terpasang pada selendangnya.
Kedua benda tersebut sangatlah penting baginya karena itu adalah satu – satunya pemberian terakhir dari kedua orang tuanya. Selendang pemberian ibunya dan bros pemberian ayahnya. Menurut cerita ayahnya, bros itu adalah benda turun temurun dari keluarganya sehingga harus dijaga dengan baik.
Kembali lagi kepada Maula, dia pergi ke sana bukan hanya sekedar jalan – jalan saja, namun mencari rempah – rempah yang tumbuh di atas perbukitan. Melirik kanan kiri sehingga dia menemukan sebuah tanaman yang tertancap pada tanah subur.
Tanaman yang dia temui memiliki bentuk daun kecil yang menyerupai jarum dan memiliki bunga kecil berwarna merah. “Ini dia… Rosil.” Satu persatu Rosil dipetik oleh Maula. “Rosil bisa dijadikan bumbu masak nantinya.” Senyum Maula memasukkannya ke dalam tas.
Sinar mentari secara perlahan semakin memancarkan sinarnya, itu artinya sebentar lagi dia harus melakukan tugasnya yaitu berkebun, bukan hanya melindungi warganya saja. “Ah… aku harus segera kembali.”
Dalam perjalanan pulang, dirinya sedikit berlari sehingga selendang yang menutupinya itu terlepas namun masih terpasang, serta menampilkan surai merahnya. Dia juga bertemu dengan anak – anak yang tinggal di sekitar tempat tinggalnya. “Aa! Itu kak Maula! Kak Maula!” panggilan dari anak – anak tersebut membuat Maula berhenti.
“Anak – anak. Halo, selamat pagi!” seru Maula melambaikan tangannya disertai dengan senyuman hangat yang dia berikan kepada mereka.
“Selamat pagi juga, kak Maula!”
“Kak! Kak Maula! Ayo bermain bersama kami!”
Seru mereka meminta – minta Maula untuk bermain bersama mereka.
“Hehe, anak – anak memang memiliki semangat yang tinggi.” Gumam Maula tertawa kecil mendengar semangat bermain mereka, padahal masih pagi. “Mungkin lain kali ya, saya harus mengerjakan pekerjaan saya terlebih dahulu.”
Terdengar suara rengekan kecil dari mereka namun bersemangat kembali jika nanti Maula benar – benar bermain bersama mereka dan jika pekerjaannya sudah selesai. “Hati – hati ketika mendaki bukitnya ya dan berhati – hati juga jika ada binatang buas.” Ujar Maula.
“Baik, kak!”
Maula bergegas menuju tempat perkebunan serta peternakan yang ia miliki. Hal pertama yang dia lakukan ketika tiba di rumahnya ialah mengeluarkan hewan – hewan ternak keluar dari kendang. Cuacanya cukup baik untuk mengeluarkan mereka.
Maula membuka pintu kandang sapi, domba, dan kambing. “Ayo semua, saatnya keluar. Cuaca hari ini bagus untuk kalian.” Seru Maula kepada hewan – hewan ternaknya.
Suara – suara mereka menjawab seruan dari Maula dan bergegas jalan keluar dari kandang untuk menikmati rumput – rumput yang tumbuh disekitar halaman rumah Maula. Dan tentunya dibatasi dengan pagar supaya mereka tidak kabur apalagi memakan kebun milik Maula.
Selain sapi, domba dan kambing. Maula juga mengeluarkan ayam – ayam yang dia miliki dari kandang serta memberikan menabur – naburkan makanan ayam disana. Tidak lupa juga untuk mengambil telur – telur yang dihasilkan. Separuh untuk dijual, beberapa dimasukkan ke dalam incubator telur ayam supaya menetas.
Sama halnya dengan sapi, domba dan kambing. Dia perah susu sapi serta kambingnya. Separuh dijual, separuhnya lagi dia taruh ke dalam lemari es.
Setelah melakukan hal itu, dia segera menyirami perkebunannya. Jika dilihat, hasil kebunnya pun sudah panen. “Wah~ sudah ada yang panen. Sepertinya aku petik nanti saja karena memakan banyak waktu.” Maula menoleh kearah hasil produk peternakannya. “Selain itu juga barang yang diangkut sudah banyak.”
Maula menyimpan alat siraman ke tempatnya lalu mengangkut hasil produk sebelumnya untuk ke kota menggunakan kendaraan kecil.
Tiba disana, dia menyapa orang – orang yang berlalu lalang dengan senyuman hangat. Dan segera pergi ke beberapa toko untuk menjual hasil ternak. “Seperti biasa, hasil produk punyamu banyak juga, Maula. Meskipun hanya hasil ternak.” Komentar salah satu pemilik toko yang Maula kunjungi.
Maula terkekeh kecil. “Terima kasih, paman. Untuk hasil tani mungkin nanti. Karena banyak juga.” Maula menggaruk kecil kepalanya.
Orang tersebut mengangguk paham. “Kalau begitu, saya permisi, paman.” Maula berpamitan setelah mendapatkan upahnya.
Sesampainya di rumahnya lagi, Maula kembali melaksanakan pekerjaannya yaitu memetik hasil pertaniannya sendiri. Dia memetiknya menggunakan gunting kecil khusus. “Fuh…” Maula menyeka keringat yang keluar dari dahinya.
Tetapi tiba – tiba dia mendengar suara gemuruh dari langit meskipun langit tidak mendung atau semacamnya. “A-Apa yang---” Maula menatap ke arah langit dan melihat sesuatu jatuh dari langit. “Hah…? Apa itu?” gumam Maula.
Sesuatu yang datang dari langit itu mendarat di hutan sehingga sedikit membuat getaran dan suara hantaman, bahkan burung – burung pun terbang melarikan diri dari kejauhan. “Barusan itu… apa?”
“Maula…! Maula..! Maula!” suara yang memanggil – manggil namanya terdengar. Maula menoleh kebelakang dan mendapati pemimpin planet Zi’raei. “Bapak pemimpin…”
“Maula!” Dia mengatur nafasnya terlebih dahulu akibat berlarian. “Apa kamu melihat sesuatu yang terjatuh dari langit?” Maula mengangguk. “Tapi saya tidak yakin apa yang jatuh tadi.”
“Begitu ya. Jika kamu tidak keberatan, maukah kamu memeriksanya?” Maula mengangguk kembali. “Serahkan saja kepada saya, pak pemimpin.”
Maula segera mengambil dual pedangnya, berjaga – jaga jika yang jatuh tadi adalah musuh.
Tiba di tempat dimana sesuatu yang jatuh tadi, ia melihat sebuah kapal angkasa yang mendarat didalam hutan. Kapal angkasa tersebut terlihat terbakar. Untuk berjaga – jaga, Maula memasang kuda – kuda sembari memegang kedua dual pedangnya itu dan berjalan perlahan mendekati kapal angkasanya.
Tatapan Maula begitu serius sampai dia melihat seseorang keluar dari dalam kapal angkasa. Kedua matanya tertutup, dia memiliki surai rambut hitam dan terlihat kelelahan.
Entah kenapa rasanya kalau orang ini tidak terlihat bahaya bagi Maula, melainkan kasihan. Dikarenakan perasaan Maula yang mengatakan hal tersebut, dia menyimpan kembali kedua dual pedangnya.
Ia menyentuh denyut nadi yang ada pada leher orang tersebut, “Masih hidup…” Dia menatapnya. “Kenapa kamu bisa terjatuh begini…?” Maula memutuskan untuk membawanya ke rumah untuk mengobati setiap luka yang ada pada orang tersebut.
.
.
.
Esok paginya, Maula sedang menyiapkan sup sarapan pagi untuknya dan juga orang yang ia temui kemarin di dalam hutan. Dia menghidangkannya ke dalam mangkuk dan meletakkannya ke atas nampan.
Lalu dia berjalan menuju ruangan dimana orang kemarin berada. Terlihat dia sudah sadar. “Oh kamu sudah bangun.” Ujar Maula sambil memasang senyuman ramah kepadanya.
Dia menatap kepada Maula yang duduk disampingnya sembari meletakkan nampan diatas nakas. Dia segera memberikan segelas air kepada orang tersebut dan dia menerimanya.
“Siapa namamu? Nama saya Maula.” Ucap Maula.
“Rhino.” Jawabnya sambil mengangguk lalu menatap ke arah langit melalui jendela rumah Maula selagi Maula sendiri hendak memberikan semangkuk sup yang dia buat tadi kepada Rhino.
“Kak,” panggil Rhino.
“Ya?” respon Maula.
“Apakah kakak tahu tentang cerita penyelamat galaksi?” Maula terdiam sebentar lalu mengangguk. “Ya, saya tahu sebagian. Saya dengar adanya hologram di langit. Entah itu pertanda apa tapi sepertinya akan terjadi sesuatu.”
Rhino menatap kepada Maula. “Ceritakan kepadaku. Ceritakan kepadaku perihal penyelamat galaksi yang kakak tahu.” Maula tidak tahu apa tujuannya namun dia menceritakan semua tentang penyelamat galaksi yang dia tahu kepada Rhino.
.
.
.
Sampai beberapa bulan telah berlalu, Rhino tinggal di rumah Maula. Yang Rhino ketahui ialah Maula tidak memiliki keluarga seperti ayah dan ibu bahkan saudara semacamnya. Selain itu Maula memiliki peternakan serta perkebunan yang cukup subur.
Karena tidak memiliki keluarga, keluarga yang Maula punya ialah hewan – hewan ternak serta penduduk yang ada di planetnya itu meskipun pada awalnya penduduk planet tersebut tidak menerima adanya Rhino disebabkan dia orang asing.
Tetapi dengan perkataan Maula yang akan menjaga Rhino serta bertanggung jawab jika terjadi apa – apa nantinya membuat mereka menerima Rhino dengan senang hati. Karena Maula sendiri yang tinggal satu rumah dengan Rhino serta Rhino tidak punya maksud jahat pada planet ini.
Lagipula Rhino sendiri juga sudah kehilangan keluarga dan planetnya karena serangan musuh. Karena itulah Maula juga menerima Rhino. Dia tidak akan mungkin mengusir Rhino begitu saja.
.
.
.
Beberapa tahun kemudian, Rhino membantu Maula apa yang ia bisa seperti dalam hal beternak ataupun berkebun. Rhino juga bercerita kepada Maula kalau dalam mimpinya dia bertemu dengan seorang gadis bernama Ruru, salah satu penyelamat galaksi dan juga yang membuat hologram.
Rhino bilang kalau dia yang akan membangkitkan kembali DianXy serta memimpin. Dia juga meminta bantuan kepada Maua untuk membangkitkannya. Sebelum Maula menjawab, tiba – tiba angin berhembus dengan kencang dan terlihat beberapa pesawat angkasa yang muncul dari langit.
Firasat Maula mengatakan kalau yang muncul itu adalah musuh yang menginginkan semua yang ada di planet Zi’raei. “Rhino, tunggu disini.” Titah Maula mengambil kedua dual pedangnya dan segera menuju desa. “Kak Maula…! Tunggu!” Rhino segera mengejar Maula.
Begitu tiba di desa, sebagian besar desa sudah dihancurkan oleh musuh. Beberapa penduduk desa pun berteriak minta tolong dan bahkan sudah ada yang dibunuh. “Kak Maula..!” Rhino berusaha mencari sosok Maula sampai dia menemukannya.
Maula sendiri sedang bertempur dengan musuh menggunakan dual pedangnya itu serta api yang bermunculan pada kedua dual pedangnya. Satu persatu musuh Maula belasah, mencoba menghentikan mereka meskipun tenaganya sudah berkuras.
“Kak Maula!” Rhino segera menghampiri Maula yang sudah hampir kehilangan tenaganya. “Kak, kita harus segera pergi dari sini.”
“Tapi---”
“Tidak mungkin menghabisi mereka semua sendirian. Jumlah mereka terlalu banyak, kak.” Maula menatap beberapa penduduk yang satu persatu dibunuh oleh musuh dan juga musuh mengambil semua yang ada di planet.
“Kak…” Maula menutup kedua matanya lalu menarik tangan Rhino dengan tetesan air mata yang mulai keluar.
Maula menarik Rhino sampai ke salah satu kapal angkasa musuh. Terdapat musuh yang berjaga disana tetapi Maula segera membunuh musuh tersebut.
Mereka bedua naik kapal angkasa dan Maula sendiri yang mengendarainya dengan Rhino yang menatap planet Zi’raei dihancurkan oleh musuh. Meskipun begitu, Maula seperti mendengar teriakan menderita dari penduduk – penduduk disana.
Maula juga menahan rasa teriakan dan tangisan yang dia keluarkan dan pada akhirnya mereka berdua yang selamat dari serangan musuh.
Sampai Maula terdiam sembari mengendarai kapal angkasa. “Kak…” Rhino mencoba mengajaknya mengobrol dan mencoba membuat Maula merasa lebih baik. “Ini juga terjadi kepada planetku sebelumnya…”
“Saya tahu… kamu pernah menceritakannya…” Maula mengambil bros yang tertempel pada selendang yang selalu dia pakai. “Ayah saya juga merupakan pelindung penduduk planet Zi’raei dan dia memberikan tugasnya sebelum beliau meninggal tapi… tapi saya gagal dan malah meninggalkan tugas tersebut… membiarkan penduduk terbunuh..” Maula tidak bisa menahannya lagi, dia kembali menangis.
Rhino terdiam lalu mengatakan kalau mereka harus pergi ke planet yang bernama planet Mursa. Disanalah markas DianXy berada.
.
.
.
Tiba disana, tanah dari planet Mursa begitu kering dan gersang. Rhino dan Maula berjalan berkeliling disana. “Rhino, apa yang mau kamu lakukan disini?” tanya Maula.
“Ini planet Mursa. Kakak tahu kan terjadinya perang disini?” ujar Rhino.
Maula mengangguk, “Tapi tidak saya sangka akan sehancur ini.”
Rhino tersenyum, “Saya sudah dipilih.” Lalu dia meletakkan tangannya di atas tanah yang kering nan gersang. Tanah yang dia sentuh itu mulai berubah dengan cepat ke tempat lain.
Tiba – tiba planet yang awalnya hancur langsung pulih kembali. Maula menatapnya dengan ekspresi kagum. Ketika terhenti, Rhino memuntahkan darah. “Kamu tidak apa – apa?” tanya Maula selagi membantu Rhino untuk berdiri kembali.
Lalu Rhino berjalan ke arah batu nisan biru tanpa adanya nama yang tertulis disana. Dia menyentuh makam tersebut dan tanpa Maula sadari, Rhino mendapatkan sebuah ingatan dari makam yang dia sentuh.
Rhino menoleh kembali kepada Maula. “Kak, tolong lindungi saya dan bantu saya untuk membangkitkan kembali DianXy.” Ujar Rhino lagi karena belum mendapatkan jawaban pasti dari Maula.
Maula berjalan mendekati Rhino lalu meletakkan tangannya di atas kepala Rhino. “Jika bukan karena kamu yang mencoba menghentikan saya sebelumnya, saya mungkin sudah tewas di planet Zi’raei. Kamu juga sudah saya anggap sebagai keluarga dan satu – satunya keluarga yang saya punya.”
Maula memberikan senyuman lembut nan hangat kepada Rhino. “Baik, saya akan melindungimu.”
“Terima kasih.”
|| END OF MAULA’S BACKSTORY ||